Produksi Sabun Cuci dari Minyak Jelantah, LPH-SDA MUI Bali Ajak Rumah Tangga Manfaatkan Zat Pencemar


Produksi Sabun Cuci dari Minyak Jelantah

Minyak bekas menggoreng acap dibuang menjadi limbah. Namun jika menjadi limbah buang mencemari lingkungan. Mengurangi dampak lingkungan dari minyak bekas gorengan (jelantah) Lembaga pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPH – SDA) MUI Bali menginisasi pemanfaatan minyak jelantah menjadi Sabun Cuci.

Dosen Fakultas MIPA Universitas Udayana Dr. Irdhawati yang juga anggota LPH – SDA MUI Bali mampu melakukan eksperimen minyak jelantan menjadi sabun cuci. Kok bisa minyak jadi sabun cuci? Bagaimana caranya?

Bertempat di Sekretariat MUI Provinsi Bali, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 5 Juni 2021, Dr. Irdhawati dan tim mengajak beberapa Majelis Ta’lim di kota Denpasar dan Badung, memandu cara produksi minyak jelantah menjadi sabun cuci. Antara lain Majelis Ta’lim (MT) Muslimah Baitul Mukminin BKDI, Panjer, MT Baitul Izah, Dalung Permai, Dosen ISNUBA, Pengurus LBP Aisyiyah.

Menurut Irdhawati, minyak goreng yang digunakan berulang-ulang akan mengakibatkan kandungan gizi berkurang dan bahkan dapat bersifat karsinogenik. Selain masalah kesehatan, juga terdapat dampak limbah minyak goreng atau yang biasa disebut minyak jelantah ke lingkungan. “Hingga kini, banyak masyarakat yang membuang minyak jelantah langsung ke lingkungan (selokan), sehingga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan,” ungkapnya.

Dijelaskan, minyak jelantah yang dibuang ke saluran air akan menyebabkan pipa air tersumbat akibat lemak yang menempel. Jika lemak/minyak terbawa hingga ke danau atau laut, akan berkumpul dan membentuk suatu lapisan yang menutupi permukaan air hingga menghalangi masuknya sinar matahari dan oksigen.

Mikro organisme dalam perairan akan kekurangan oksigen dan akan mati. Lapisan lemak juga dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri pathogen. Selain bakteri, lapisan lemak juga menjadi tempat berkumpul bahan kimia organik yang bersifat racun atau toksik,” terangnya, pula.

Secara teknis disebutkan alat-alat yang digunakan yakni, sarung tangan, apron (celemek), timbangan, wadah plastik, spatula, hand mixer dan cetakan sabun.

Bahan-bahan yang digunakan yaitu arang, minyak jelantah, kaustik soda (NaOH), air suling (aquadest), pewarna, dan pewangi,” sebut dosen yang mengaku selalu berkantor di Jimbaran, ini.

Berikut tahapan cara membuatnya?

  1. Masukkan arang dan minyak jelantah ke dalam baskom sampai permukaan minyak tertutupi oleh arang, biarkan selama semalam, saring.
  2. Timbang kaustik soda sebanyak 157 g, tambahkan aquadest sebanyak 380 g, aduk, biarkan sampai dingin. (Hati-hati, campuran akan mengeluarkan panas!).
  3. Timbang minyak jelantah yang sudah disaring sebanyak 1 kg, tambahkan larutan kaustik soda sambil diaduk menggunakan hand mixer sampai membentuk konsistensi sabun (1-2 menit).
  4. Tambahkan pewarna dan pewangi, aduk, tuang ke dalam cetakan.

Diamkan selama 2 hingga 3 minggu (proses aging) sebelum digunakan,” sarannya.

Sementara itu Sekretaris LPLH – SDA MUI Bali Adrid Indaryanto menambahkan, pihaknya terus berupaya mencurahkan perhatian peduli lingkungan dan penyelamatan Bumi dengan memelihara Lingkungan (Hifs Al Biah).

Salah satu kegiatan nyata dengan melalui pelatihan pelatihan di bidang Lingkungan, agar dapat melayani umat dan masyarakat luas,” imbuh Adrid. ***