Perhatikan Minyak Jelantah kita


Penyuluhan MUI tentang Minyak Jelantah

Upaya menyelamatkan lingkungan terus berjalan, khususnya upaya peduli lingkungan dan kesehatan umat dari bahaya Minyak Jelantah (Mijel).

Pagi ini Ahad (21/11) Ustadz Marsan, Imam di Musholla Baitul Mukminin BKDI Panjer, telah memberikan contoh dan mengajak umat untuk terus menyelamatkan lingkungan dari dampak buruk Mijel yang dibuang sembarangan. Dampak buruk tersebut antara lain merusak tekstur tanah, mencemari selokan, sungai maupun lautan. Hal lain juga bila dijual kepada “oknum tertentu”, meskipun dengan harga tinggi dengan tujuan di buat minyak goreng lagi, akan membahayakan kesehatan tubuh manusia, dapat menimbulkan berbagai penyakit sampai dengan timbulnya kanker.

Namun bila Mijel diserahkan kepada pihak (lembaga) yang resmi, akan dikelola menjadi sesuatu yang lebih bernilai seperti bahan Biodiesel, Lilin dan Sabun Cuci. Bila ada Majelis Taqlim dan kelompok pengajian yang memerlukan pelatihan dan pengelolaan Mijel dapat menghubungi Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH-SDA), MUI Provinsi Bali, Jl. Pulau Menjangan 28, Denpasar.

“Harapan Kami agar semua Masjid dan Musholla se Bali dapat melaksanakan program ini, juga dapat menjelaskan bahayanya Mijel dan juga manfaat nya untuk menjadi Shodaqoh Mijel dari Umat” ujar Bambang Haryono, Ketua bidang Pengembangan, LPLH-SDA, MUI Provinsi Bali.

Musholla Baitul Mukminin BKDI Panjer, Denpasar yang dipimpin oleh H. Mardi Soemitro dapat menjadi salah satu contoh terbaik sebagai Musholla / Masjid yang peduli terhadap ekonomi umat, ecomasjid dan smart Masjid. Aktifitas Masjid dan Musholla perlu kita dukung untuk ikut serta dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang akan berdampak positif bagi Umat dan Masyarakat luas hingga global. (AI)